Cerita mayat berjalan sudah ada sejak dahulu
kala. ratusan tahun yang lalu konon terjadi perang saudara di Tana
toraja yakni orang Toraja Barat berperang melawan orang Toraja Timur.
dalam peperangan tersebut orang Toraja Barat kalah telak karena sebagian
besar dari mereka tewas, tetapi pada saat akan pulang ke kampung mereka
seluruh mayat orang Toraja Barat berjalan, sedangkan orang Toraja Timur
walaupun hanya sedikit yang tewas tetapi mereka menggotong mayat
saudara mereka yang mati, karena kejadian tersebut maka peperangan
tersebut dianggap seri. pada keturunan selanjutnya orang-orang Toraja
sering menguburkan mayatnya dengan cara mayat tersebut berjalan sendiri
ke liang kuburnya.
Fenomena “Mayat berjalan” itu saya sendiri
pernah menyaksikannya secara langsung. kejadian tersebut terjadi sekitar
tahun 1992 (saya baru kelas 3 SD). pada saat itu di desa saya ada
seorang bernama Pongbarrak yang ibunya meninggal. seperti adat orang
Toraja sang mayat tidak langsung dikuburkan tetapi masih harus melalui
prosesi adat penguburan (rambu solo’). saat itu setelah dimandikan mayat
sang ibu diletakkan di tempat tidur dalam sebuah kamar khusus sebelum
dimasukkan kedalam peti jenasah. pada malam ketiga seluruh keluarga
berkumpul untuk membicarakan bagaimana prosesi pemakaman yang akan
dilaksanakan nanti. saat itu saya duduk di teras rumah maklum anak-anak
jadi suka mondar mandir. namun setelah rapat selesai (sekitar jam 10
malam), tiba-tiba ada kegaduhan dalam rumah dimana beberapa ibu-ibu
berteriak -teriak. karena penasaran saya berusaha melongok ke dalam
rumah dan astaga sang mayat berjalan keluar dari dalam kamar, kontan
saja saya dan teman2 saya berteriak histeris dan berlari menuruni
tangga. saya berlari dan mendapatkan ayah saya sambil histeris
ketakutan. setelah itu saya langsung dibawa pulang kerumah oleh ayah dan
saya tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Keesokan harinya kejadian
tersebut rupanya cukup heboh diperbincangkan oleh warga dan informasi
yang saya dengar bahwa Pongbarrak yang melakukan hal tersebut. konon dia
iseng aja untuk membuat lelucon pada malam itu.
Pada zaman sekarang sudah sangat jarang orang
Toraja yang mempraktekkan hal tersebut walaupun masih banyak generasi
yang memiliki ilmu seperti itu. akan tetapi mereka masih sering
mempraktekkannya pada binatang seperti ayam atau kerbau yang diadu dalam
keadaan leher terputus. Binatang seperti kerbau yang sudah dipotong
kepalanya dan dikuliti habispun, masih bisa dibuat berdiri dan berlari
kencang, mengamuk kesana sini