Banyak orang mengenal
teori evolusi sebatas
kontroversi evolusi manusia
dari kera yang banyak
ditentang kaum agamawan.
Evolusi sebenarnya adalah
suatu proses alami dalam
waktu sangat panjang yang
dipengaruhi banyak faktor
lingkungannya. Berdasarkan
bukti-bukti ilmiah, evolusi
di alam benar adanya. Tidak
terbatas pada evolusi hewan,
tetapi juga pada seluruh alam.
Ayat-ayat Al- Qur’an yang
menyatakan bahwa alam semesta
dan isinya diciptakan
dalam enam masa menunjukkan
adanya proses kejadian
yang tidak sekaligus jadi.
Masalahnya, benarkah manusia
berasal dari kera? Berdasarkan
Al-Quran, kita harus
menyatakan bahwa manusia
bukan hasil evolusi hewan
melainkan diciptakan secara
khusus. Tulisan ini memadukan
dalil Al-Quran dengan
temuan ilmiah tentang evolusi
di alam dan sedikit tentang
eksistensi manusia.
Evolusi Alam Semesta
Alam diciptakan Allah dalam
enam masa (Q.S. 41:9-12),
dua masa untuk menciptakan
langit sejak berbentuk dukhan
(campuran debu dan gas),
dua masa untuk menciptakan
bumi, dan dua masa (empat
masa sejak penciptaan bumi)
untuk memberkahi bumi dan
menentukan makanan bagi
penghuninya. Ukuran lamanya
masa (“hari”, ayyam) tidak
dirinci di dalam Al-Qur’an.
Belum ada penafsiran pasti
tentang enam masa itu. Namun,
bedasarkan kronologi
evolusi alam semesta dengan
dipandu isyarat di dalam Al-
Qur-an (Q.S. 41:9-12 dan
Q.S. 79:27-32) saya menafsirkan
enam masa itu adalah
enam tahapan proses sejak
penciptaan alam sampai hadirnya
manusia. Lamanya tiap
masa tidak merupakan fokus
perhatian.
Masa pertama dimulai dengan
ledakan besar (big bang)
(Q.S. 21:30, langit dan bumi
asalnya bersatu) sekitar 12 -
20 milyar tahun lalu. Inilah
awal terciptanya materi, energi,
dan waktu. “Ledakan”
itu pada hakikatnya adalah
pengembangan ruang yang
dalam Al-Quran disebutkan
bahwa Allah kuasa meluaskan
langit (Q.S. 51:47).
Masa kedua adalah pembentukan
bintang-bintang yang
terus berlangsung. Dalam bahasa
AlQuran disebut penyempurnaan
langit. Di dalam
Al-Qur’an penciptaan langit
kadang disebut sebelum penciptaan
bumi dan kadang
disebut sesudahnya karena
prosesnya memang berlanjut.
Itulah dua masa penciptaan
langit. Dalam bahasa Al-
Qura’n, big-bang dan pengembangan
alam yang menjadikan
galaksi-galaksi tampak makin
berjauhan (makin “tinggi”
menurut pengamat di bumi)
serta proses pembentukan
bintang-bintang baru disebutkan sebagai “Dia meninggikan
bangunannya (langit) lalu
menyempurnakannya” (Q.S.
79:28)
Masa ketiga dan keempat
dalam penciptaan alam semesta
adalah proses penciptaan
tata surya termasuk
bumi. Proses pembentukan
matahari dan mulai dipancarkannya
cahaya dan angin
matahari itulah masa ketiga
penciptaan alam semesta.
Proto-bumi (‘bayi’ bumi) yang
telah terbentuk terus berotasi
yang menghasilkan fenomena
siang dan malam di bumi. Itulah
yang diungkapkan dengan
indah pada ayat lanjutan pada
Q.S. 79:29, “dan Dia menjadikan
malamnya gelap gulita
dan menjadikan siangnya
terang benderang.
Masa pemadatan kulit bumi
agar layak huni bagi makhluk
hidup adalah masa keempat.
Pemadatan kulit bumi yang
menjadi dasar lautan dan daratan
itulah yang nampaknya
dimaksudkan “penghamparan
bumi” pada Q.S. 79:30, “Dan
bumi sesudah itu (sesudah
penciptaan langit) dihamparkan-
Nya.”
Menurut analisis astronomis,
pada masa awal umur tata
surya gumpalan-gumpalan
sisa pembentukan tata surya
yang tidak menjadi planet masih
sangat banyak bertebaran.
Salah satu gumpalan raksasa,
menabrak bumi menyebabkan
lontaran materi yang kini
menjadi bulan. Hadirnya air
dan atmosfer di bumi sebagai
prasyarat kehidupan merupakan
masa ke lima proses
penciptaan alam. Di dalam Al-
Qur’an Q.S. 21:30 memang
disebutkan semua makhluk
hidup berasal dari air.
Lahirnya kehidupan di bumi
yang dimulai dari makhluk
bersel tunggal dan tumbuhtumbuhan
merupakan masa
keenam dalam proses penciptaan
alam. Proses geologis
yang menyebabkan pergeseran
lempeng tektonik dan
lahirnya rantai pegunungan di
bumi terus berlanjut.
Tersedianya air, oksigen, tumbuhan,
dan kelak hewan-hewan
pada masa ke lima dan ke
enam itulah yang agaknya dimaksudkan
Allah memberkahi
bumi dan menyediakan
makanan bagi penghuninya
(Q.S. 41:10). Di dalam Q.S.
79:31-33 hal ini diungkapkan
sebagai penutup kronologis
enam masa penciptaan, “Ia
memancarkan dari padanya
mata airnya, dan (menumbuhkan)
tumbuh-tumbuhannya.
Dan gunung-gunung
dipancangkan-Nya dengan
teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu
dan untuk binatang-
binatang ternakmu”.
Evolusi Kehidupan
Pemikiran tentang adanya
evolusi kehidupan didasarkan
pada temuan adanya kemiripan
antar-spesies makhluk
hidup. Perbedaan yang sifatnya
gradual sangat mungkin
disebabkan oleh seleksi alam.
Alasannya, hanya keturunan
yang mampu beradaptasi dengan
lingkungannya yang akan
mampu bertahan. Walaupun
demikian, generasi yang telah
beradaptasi dengan segala perubahan
fisiknya tetap membawa
sifat-sifat pokok dari
induknya.
Penempatan manusia pada
silsilah evolusi seperti itulah
yang memicu penolakan pada
teori evolusi. Dengan menggunakan
dalil naqli dari ayatayat
Al-Quran, sebenarnya
masalah ini mudah diselesaikan
tanpa penolakan secara
apriori terhadap teori evolusi
kehidupan ini. Menurut saya,
teori evolusi tidak bertentangan
dengan akidah bila disertai
keyakinan bahwa proses itu
terjadi menurut sunatullah,
bukan proses kebetulan yang
meniadakan peran Allah sebagai
Rabbul alamin (pencipta
dan pemelihara alam).
Eksistensi Manusia
Dalam keyakinan Islam, manusia
diciptakan secara khusus
untuk menjadi khalifah di
bumi (Q.S. 2:29). Proses penciptaan
Adam yang berbeda
dengan makhluk lainnya disebutkan
di dalam Q.S. 3:59
(penciptaannya serupa Nabi
Isa dengan ‘kun fayakun’) dan
Q.S. 32:7-8 (Adam dari tanah,
keturunannya dari nuthfah).
Kedua ayat itu menunjukkan
bahwa Adam tidak diciptakan
dari proses biologis perkawinan
makhluk lainnya.
Menurut kajian paleoantropologis,
manusia modern yang
ada sekarang dikelompokkan
sebagai Homo sapiens. Homo
sapiens berasal dari Homo
erektus, manusia purba yang
sudah mengenal api untuk
memasak dan penghangat.
Ada beberapa hipotesis yang
berusaha menjelaskan evolusi
mereka. Namun semuanya
tidak ada kepastian dari jalur
mana lahirnya Homo erektus.
Mungkinkah Homo erektus
ini adalah anak cucu Adam
yang sulit ditelusur pada silsilah
evolusi karena diciptakan
Allah secara khusus? Wallahu
‘alam, walaupun kita bisa
menduganya ke arah itu. Yang
jelas, anak cucu Adam pun
berevolusi. Adanya berbagai
ras manusia dengan warna
kulit, bentuk dan warna rambut,
serta postur tubuh yang
berbeda-beda menunjukkan
adanya evolusi manusia.
Adaptasi terhadap lingkungan
tempat tinggalnya yang berbeda-
beda dalam jangka waktu
sangat panjang menghasilkan
generasi yang beraneka ragam.
T. Djamaluddin adalah peneliti bidang
matahari & lingkungan antariksa,
Lapan, Bandung.
sumber : mentaritimur.com