Sebuah bongkahan es berukuran hampir setengah luas Jakarta mengapung di Laut Arktik di Kutub Utara, setelah memisahkan diri dari sebuah gletser di Greenland.
Dua fasilitas yang kemungkinan berada di jalur yang akan dilewati bongkahan es raksasa ini adalah kilang minyak dan jalur pelayaran. Kerusakan yang bisa ditimbulkan belum bisa diperkirakan. Dalam skenario terburuk, bongkahan es ini akan mencapai kawasan perairan padat lalu lintas di mana bongkahan es lain dari Greenland pernah menenggelamkan Kapal Titanic pada 1912.
“Bongkahan es ini sangat besar sehingga kita tidak bisa membuatnya berhenti mengapung dan hanyut,” kata Jon-Ove Methlie Hagen, pakar glasier dari Universitas Oslo seperti dilansir Vivanews.com, Rabu (11/8).
Tim ilmuwan sedang sibuk memperkirakan lintasan bongkahan es mengapung yang sekarang sedang bergerak menuju Selat Nares. Selat Nares memisahkan perairan barat laut Greenland dengan Pulau Ellsemere di Kanada.
Beberapa gambar menampilkan bongkahan es berukuran 260 kilometer persegi tersebut. Bongkahan itu terlepas dari dataran es Greenland, sumber air segar yang apabila mencair akan menaikkan level permukaan air laut global sebesar enam meter.
Rentetan Bencana
Bencana banjir di Pakistan, kebakaran hutan di Rusia, serta tanah longsor di China dalam beberapa pekan terakhir merupakan bukti bahwa prediksi pemanasan global sangat tepat.
Para pakar iklim dan cuaca dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah universitas berbagai negara mengatakan, peristiwa-peristiwa ekstrem cuaca belakangan ini membuktikan bahwa pemanasan global sedang terjadi.
Jean-Pascal van Ypersele, wakil presiden badan PBB yang memonitor pemanasan global - Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) - mengatakan bahwa pola-pola cuaca dramatis ini konsisten dengan perubahan iklim yang ditimbulkan oleh manusia.
“Ini adalah peristiwa-peristiwa yang muncul kembali dan makin intensif di tengah iklim yang terganggu efek rumah kaca,” kata Ypersele seperti dikutip Vivanews.com dari Telegraph, Rabu (11/8).
“Peristiwa ekstrem seperti ini merupakan salah satu contoh di mana perubahan iklim yang dramatis bisa tampak secara nyata,” lanjut Ypersele.
Profesor Andrew Watson, pakar iklim dari University of East Anglia, yang tahun lalu terlibat skandal “climategate”, mengatakan bahwa peristiwa ekstrem cuaca ini sesuai seperti laporan IPCC dan sama seperti yang diyakini 99 persen akan terjadi oleh para ilmuwan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar