Tim Bencana Katastropik Purba akhirnya mengungkap hasil
penelitian yang dilakukan di situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat.
Berdasarkan hasil penelitian, situs Gunung Padang yang sebelumnya
diketahui sebagai punden berundak, ternyata diduga sebagai kompleks
bangunan yang memiliki struktur mengagumkan, terutama untuk masa
prasejarah.
Anggota tim yang merupakan ahli Geoteknologi dan Peneliti LIPI,
Danny Hilman, mengatakan penelitian dilakukan dengan menggunakan survei
geologi, georadar, geolistrik, geomagnet, hingga pengeboran.
"Kami menemukan struktur batuan hingga kedalaman 20 meter. Ada seperti sesuatu yang dipangkas," kata Danny Hilman.
Sketsa Imajiner:
Kemudian anggota tim yang juga Ahli Geologi ITB, Andang Bachtiar,
mengatakan hasil pengeboran jelas memperlihatkan bahwa situs Gunung
Padang merupakan bangunan hasil buatan manusia, dengan teknologi yang
terbilang maju.
"Ini constructed. Dari kedalaman 18 meter ke atas adalah bangunan, bukan sesuatu yang natural," ucap Andang.
Tak hanya itu, punden berundak di Gunung Padang juga menggunakan perekat
untuk menyambung bangunan. "Ini bukan pelapukan andesit, tapi semacam
semen purba," jelasnya.
Kemudian, terdapat juga suatu lapisan buatan, yang salah satu materinya
adalah pasir. "Ini seperti teknologi yang mampu menahan gempa."
Batuan
yang digunakan pun terbilang istimewa. Saat VIVAnews datang ke situs
Gunung Padang, Andang Bachtiar mengatakan bahwa sebelumnya ada dugaan
bahwa batu-batu itu terbentuk secara alami dari proses vulkanik, yaitu
columnar joint basalt.
Tapi, Andang menyebut columnar joint basalt tidak ditemukan di sekitar
situs Gunung Padang. Sehingga, pertanyaan lain pun muncul: bagaimana
batu-batu itu didatangkan dan seperti apa cara penyusunannya.
Berdasarkan hasil pengeboran, tim kemudian melakukan carbon dating
terhadap sisa-sisa akar tanaman atau arang bekas pembakaran. Menurut
Danny Hilman, hasil carbon dating memperlihatkan bahwa situs Gunung
Padang diprediksi berasal dari 6.700 tahun lalu. "Berarti sekitar tahun
4.700 Sebelum Masehi," ucapnya.
Sedangkan ahli arsitektur Pon Purajatmika mengatakan punden berundak di
Gunung Padang memperlihatkan kepercayaan masyarakat dan asumsi fungsi
bangunan.
Di Teras 1 misalnya, orientasi arah bangunan menghadap ke Gunung Gede.
Ini sesuai kepercayaan di masa lalu yang menganggap gunung sebagai
tempat yang dianggap suci.
Namun, di Teras 3 dan Teras 4, orientasi arahnya berbeda, dan menunjuk
ke arah samping. "Seperti mengarah ke Gunung Karuhun, makam leluhur,"
ucap Pon.
Tak hanya itu, Pon bahkan menyebut situs Gunung Padang memperlihatkan
ada semacam singgasana dan kursi-kursi. Singgasana utama dan lima batu
kursi terdapat di Teras 2. Sedangkan di Teras 5 terdapat enem kursi
sila.
"Ini seperti memperlihatkan tatanan sosial," jelas Pon. (sj)